Aksara Sunda Cacarakan Lahir dari kisah Sedih Seorang Raja
Diceritakan, silsilah aksara cacarakan berasal dari aksara pallawa (atau pallava) yang berasal dari India Selatan. Adalah Ajisaka (Raja Shaka) yang dikisahkan menciptakan aksara cacarakan. Ia diduga berasal dari Jambudwipa (India) dari suku Shaka (Scythia).
Menurut Rohayani, cerita Ajisaka ini salah satunya tertuang dalam buku terbitan tahun 1954. Legenda itu juga menyebutkan bahwa Ajisaka adalah pencipta tarikh Tahun Saka, atau setidak-tidaknya raja pertama yang menerapkan sistem kalender Hindu di Jawa, sekitar tahun 78 Masehi.
“Hanacaraka (aksara cacarakan) lahir dari kesedihan seorang raja melihat dua abdinya tewas karena tidak mampu mematuhi satu titahnya,” ujar Ambu Yani.
Raja Ajisaka punya dua abdi yang sangat setia sekaligus sakti, Ki Dora dan Sembadha. Suatu hari, Ajisaka pergi ke daerah lain bersama Patih Ki Dora. Sebelum pergi, ia menitip pesan pada Patih Sembadha untuk menjaga sebuah pusaka. Ia perpesan, tidak boleh ada yang mengambil pusaka tersebut kecuali Raja.
Sekian lama berselang, Ajisaka memberi titah kepada Ki Dora untuk membawakan pusaka yang dititipkan kepada Patih Sembadha. Sesampainya di tempat Sembadha, Ki Dora tidak dapat mendapatkan pusaka tersebut. Ia dihalangi oleh Patih Sembadha yang memegang tegus janjinya pada Raja.
Keduanya lantas bersitegang. Masing-masing berpikiran bahwa salah seorang dari mereka ada yang ingin mencurangi Raja. Kemudian, keduanya beradu ilmu dan kesaktian demi mempertahankan titah Raja. Karena sama-sama sakti, keduanya sama-sama terluka parah.
Di lain tempat, Ajisaka menyadari kekeliruannya terhadap kedua patih tersebut. Ia pun menyusul ke tempat Sembadha dan menemukan kedua abdi setianya berlumuran darah. Ajisaka lalu meminta maaf atas kekhilafannya. Tak lama berselang, Ki Dora dan Sembadha meninggal dunia.
Dalam suasana duka kehilangan dua utusannya, Ajisaka membuat coretan-coretan pada batang pohon. Coretan-coretan tersebut membentuk kalimat yang mengandung arti.
hana caraka, ada dua utusan
data sawala, yang saling berselisih
pada jayanya, (keduanya) sama jaya (kuatnya)
maga bathanga, inilah mayatnya (mereka).
Oleh: Eva Fahas
Dikutip dari Pikiran Rakyat, Minggu (Manis) 21 Februari 2016
12 Jumadil Awal 1437 H - Jumadil Awal 1949. Hal. 5
loading...
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon