Peringatan Hari Bahasa Ibu
Internasional ditetapkan UNESCO sejak 1999. Hal tersebut berangkat dari
kekhawatiran punahnya Bahasa ibu yang secara perlahan ditinggalkan penuturnya.
Kepala Balai Bahasa Provinsi
Jawa Barat Abdul Khak mengatakan, isu terkait bahasa ibu memang masih seputar
kepunahannya. UNESCO meramalkan, dalam status tahun nanti aka nada setengah
Bahasa di dunia yang hilang jika tidak dilakukan usaha pelestarian.
Dipekirakan, saat ini ada 5.000 bahasa di seluruh dunia.
Indonesia masih berjuang untuk
mengatasi kepunahan bahasa ibu sebagai bagian warisan budaya tersebut. Menurut
Badan Bahasa di Jakarta, ada 582 bahasa ibu di nusantara. Akan tetapi,
penelitiannya belum selesai karena belum mencakup beberapa daerah seperti Papua
Barat dan Maluku Utara. Sementara, The
International School of Linguists merilis data ada 746 bahasa daerah di
Indonesia.
“Kami masih berusaha menuntaskan
penelitian tersebut dan mencoba membuktikannya. Namun, memang, ada beberapaa bahasa
ibu yang punah seperti di beberapa lokasi di Papua. Penyebabnya tentu karena
sudah tidak ada lagi yang menuturkannya. Namun, penyebab lain di luar itu
sangat beragam. Misalnya, karena kesenjangan ekonomi,” kata Abdul saat
dihubungi via telepon, Kamis (18/2/2016).
Dalam teori bahasa, bahasa ibu
diartikan sebagai bahasa pertama dan utama yang dipergunakan seseorang sejak
kanak-kanak. Namun, kata Abdul, belum tentu bahasa pertama yang dikenali,
dijadikan bahasa utama dalam kesehariannya.
Bagaimana Agar Anak Menciantai Bahasa Ibu?
Di negeri ini, sudah banyak
muncul fenomena dalam rumah tangga ketika bahasa yang digunakan dalam
keseharian adalah bahasa Inggris atau Bahasa asing. Jika sudah segencar itu bahasa
asing memasuki ranah rumah tangga, bukan tidak mungkin bahasa daerah yang
banyak penuturnya seperti bahasa Sunda perlahan akan mati. Kasus itu terutama
terjadi di perkotaan yang sudah multicultural dan heterogen. “Kami melihat
ikatan primordial masyarakat perkotaan terhadap bahasa ibunya sudah longgar,”
ucapnya.
Bahasa asing selain muncul di
rumah tangga dan sekolah, juga hadir dalam aneka rupa pintu seperti televisi,
buku, dan mainan. Satu-satunya upaya agar anak bisa mengenal bahasa ibu adalah
dengan terbiasa mendengarnya sejak dini. Tentu saja yang paling utama membiasakan
anak dengan bahasa ibu adalah anggota dalam keluarga terdekat.
Apa kelebihan menguasai bahasa ibu?
Abdul menjelaskan, anak yang
menguasai bahasa ibu dan bahasa lain biasanya akan lebih unggul. Orang yang
menguasai banyak bahasa (termasuk bahasa ibu) biasanya memiliki kecerdasan
tinggi. Itu karena untuk menguasai sistem bahasa yang baik diperlukan kecerdasan
yang memadai. Yang lebih unggul lagi, mereka bisa menggunakannya sesuai keperluan
tanpa terbentur dengan penggunaan bahasa lainnya.
Sebatas Teori
Kepala Lembaga Bahasa dan Sastra
Sunda, Yayat Hendayana menilai, sistem pembelajaran bahasa Sunda di Sekolah
terlalu mengacu pada teori bahasa. Hal itu membuat siswa harus menghafal Bahasa
Sunda, bukan menerapkannya.
“Cara guru mengajar juga masih kaku,
sebatas teorinya. Misalnya, anak disuruh mengahafal nama anak binatang,
pertukangan dan sebagainya.
Karena harus menghafal, anak
jadi kurang menyukai pelajaran Bahasa Sunda. Padahal Bahasa Sunda diperlukan
untuk berkomunikasi. Ada baiknya jika pengajaran Bahasa Sunda disampaikan
melalui metode interaksi, tidak mengutamakan teori,” tuturnya.
Menurut dia, pengajaran serta
kurikulum Bahasa Sunda di sekolah seperti itulah yang akan dibahas LBSS pada
Kongres Bahasa Sunda LBSS ke-10, Oktober mendatang. Hal tersebut perlu
dirumuskan sebagai ngamumule basa Sunda.
Cara yang ditempuh Komunitas
Nyarios Sunda-Ngmumule Basa Sunda lain lagi. Dengan media facebook, mereka
membiasakan anggotanya untuk berinteraksi menggunakan bahasa Sunda berikut
penulisannya yang baik. “Karena terkadang, niatnya sudah betul mau bicara bahasa
Sunda, tapi penulisannya gaul, dan itu tidak tepat secara kaidah bahasa,” ujar
Khalid Yusuf, salah seorang pegiat komunitas.
Di laman
Facebook kelompok itu pula, banyak siswa sekolah yang memanfaatkannya sebagai
ajang untuk belajar Bahasa Sunda. Minimal untuk mengerjakan pekerjaan rumah
yang diberikan dari sekolah. “Kami sering menerima yang seperti itu. Tentu saja
akan dibantu. Harapan kami, mereka terpacu semangatnya untuk tidak ragu lagi
berbahasa Sunda,” katanya.
Oleh: Eva Fahas
Dikutip dari Pikiran Rakyat,
Minggu (Manis) 21 Februari 2016
12 Jumadil Awal 1437 H - Jumadil
Awal 1949. Hal. 1
loading...
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon