Catatan yang ada di hadapan para
pembaca sekalian, merupakan sebagian tulisan yang saya kutip dari buku Abah Anom, Wali Fenomenal Abad 21 &
Ajarannya, karya Dr. Asep Salahudin (dosen IAILM Pondok Pesantren Suryalaya-Tasikmalaya)
yang di dalamnya dipaparkan cukup jelas bahwa Abah Sepuh --Pendiri Pondok
Pesantren Suryalaya-- merupakan seorang Guru Mursyid yang mampu memadukan
budaya lokal/kesundaan dengan ketarekatan.
Dari sisi historis, Pesantren
Suryalaya berdiri di dekat pusat kekuasaan Sunda (tatar Galuh). Kata salah
seorang putra Abah Anom, H. Baban Ahmad Jihad SB. Ar., garis keturunan Abah
Sepuh masih memiliki hubungan erat dengan raja-raja Sunda yang mengalir dari
Sumedang dan Galuh.
Abah Sepuh dan penerusnya, Abah
Anom, memadukan kesundaan dengan ketarekatan. Tarekat yang notabene berasal
dari Timur Tengah menjadi sangat kental dengan corak budaya lokal. Jika
ditelusuri, ini merupakan simpul nalar Abah Sepuh yang merupakan sahabat dekat
filsuf terbesar sepanjang sejarah Sunda, Haji Hasan Mustapa, ketika keduanya
mondok di pesantren Syaikh Thalhah, Cirebon. Ada banyak guguritan yang ditulis
Haji Hasan Mustapa yang beririsan dengan corak langgam pendiri Pesantren
Suryalaya. Perbedaannya, Haji Hasan Mustapa menulisnya dalam bentuk puisi, dan
Abah Sepuh menulisnya kebanyakan dalam langgam prosa dan beberapa dalam bentuk
puisi Sunda kuno.
Kekayaan batin kosmologi budaya
Sunda dijadikan media utama untuk membagun ajaran tarekat Suryalaya. Bukan
hanya simbol kiainya yang sama sekali tidak mencitrakan “manusia Arab”,
melainkan juga struktur dan lokus tarekatnya yang sarat dengan semiotika
kesundaan, juga pola pikir mursyidnya yang seutuhnya menyimpulkan manusia Sunda
sirna di rasa. Kitab Tanbih dengan sangat jelas mencerminkan nuansa alam sunda
dengan segala metafora yang digunakannya.
Dalam ajaran Abah Sepuh dan Abah
Anom, keberagamaan menyatu dengan budaya lokal karena pada tataran spiritual,
satu sama lain tidak saling menafikan, tetapi saling melengkapi. Kedua-duanya
membawa pesan kearifan abadi (perennial) untuk
membangun kemanusiaan yang santun, mengembangkan Islam yang rahmatan lil’alamiin, Islam yang menjadi
tenda kasih bagi seluruh semesta.
Seluruh judul guguritan yang dibuat Abah Sepuh
mencerminkan upaya akulturasi tarekat dengan kebudayaan Sunda, seperti Layar Putri, Kunosari, Panambih Lembur
Singkur, Gelenyu, Tejamantri, Salaka Domas, Panambih Soropongan, Mangu-mangu,
Goyong, Panambih Sukanagara, Dangdanggula, Rumangsang Degung, Rakitan Degung,
Tepiswiring, Bayubud, Budaya, Malih Warni, Kapaksi, Gaya, Mangari, Kentar Ajun,
Kentar Miring, Pancaniti, Pager Ageung, Pagunungan, Kentar Cisaat, Pangasahan,
Kulu-kulu Setra, Adu Manis, Katalimbeng, Ditilar, Pangrumrum, Lumengis, Bogoh
Teu Sapikir, Sumambat, Sungkawa, Kinanti Kaum, Sumolondo, dan Langendria.
Dari sejumlah judul dalam guguritan
yang telah disebutkan, diantaranya ditulis dalam wangun/bentuk pupuh KINANTI, seperti berikut:
Judul : Layar Putri
Lagu : Mamaos
Laras : Pelog
ka sakabeh dulur-dulur
sakumna nu jadi murid
poma-poma sina awas
daek nungtik nu laleutik
balukar panggoda syetan
wantuning jaman kiwari
Referensi:
Guguritan dikutip dari Buku pepeling Guru Almarhum Syekh Abdullah Mubarok Bin Nur Muhammad (Abah Sepuh), Milad Pontren Suryalaya ke- 110 Tahun 2015.
loading...
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon