![]() |
Haji Ahmad Sobari dan Istrinya, Ilah |
Ahmad Sobari lahir di Tasikmalaya, namun
belum ada data yang menyebutkan kapan Sobari dilahirkan. Ia terlahir dari
pasangan Bapak Alpian (dari Payungagung-Panumbangan-Ciamis) dan Ibu Ene. Sobari
adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kakaknya adalah Teteh dan Toyib. Sobari
wafat pada tanggal 31 September 1959 M./ 20 Rajab 1378 H.
Sobari menikah dengan Ilah. Ia dikaruniai
anak sebanyak delapan orang, yaitu: Anah, Sadili, Engki, Bakri, Omoh, Hanapi,
Aun Djunaedi dan Ohim. Tidak didapatkan informasi mengenai kehidupannya pada
waktu kecil. Dari keterangan yang didapat, ia adalah seorang santri dan murid
yang berguru kepada Mursyid TQN Pondok Pesantren Suryalaya, Syekh Abdullah
Mubarok bin Nur Muhammad ra. (Abah Sepuh).
Selama hidupnya ia mewakafkan
dirinya untuk berhidmat kepada Gurunya. Ia bersama satu orang temannya sering
diajak oleh Abah Sepuh ke Cirebon dengan berjalan kaki. Ia banyak mendapatkan
bimbingan spiritual dari gurunya. Dari hidmat yang luar biasa, sangat banyak
karomah yang Sobari dapatkan dari gurunya. Sehingga banyak cerita yang tersebar
di masyarkat mengenai kemampuan luar biasa yang dimiliki Sobari dari
orang-orang yang hidup di masanya. Misalnya, Ia mampu berjalan sambil tidur.
Dalam aktifitasnya ia senantiasa mendawamkan shalawat bani Hasyim, sehingga
jika bersalaman dengannya, ia didapatkan tengah membaca shalawat (dengan suara
yang tidak terlalu keras). Selan itu, ia pun merupakan salah satu murid yang
berjasa dalam pendirian Pondok Pesantren Suryalaya.
Berkat totalitas pengabdiannya kepada
Pesantren, Sobari dan istrinya mendapatkan pengakuan yang luar biasa dari
keluarga Abah Sepuh. Hubungan keduanya dengan keluarga pesantren sangat dekat.
Perlakuan Keluarga Pesantren terhadap Sobari dan istrinya seperti kepada
saudara kandungnya sendiri.
Diceritakan oleh Ilah (istri Sobari)
kepada Rabiah, “Eyang mah sering ngulub sampeu, teras dipasihkeun ka
Pangersa Abah Sepuh. Anjeuna (Abah Sepuh) mah seneng kana kulub sampeu”. (Eyang -Sobari- sering merebus singkong
kemudian diberikan kepada Abah Sepuh, karena Abah Sepuh senang pada singkong
rebus.)
Karena kedekatannya pula dengan keluarga
pesantren, putra Abah Anom pun seperti Dudun Nursaidudin (alm.) dan Aos
Husnifalah (alm.) ketika masih masa kanak-kanak selalu ke rumah Sobari. Kadang mereka
hanya sebatas menanyakan makanan. Diantara makanan yang tersedia di sana yaitu
kacang rebus, singkong bakar.
Tiap harinya Sobari tidak jauh dari
Pesantren Suryalaya, karena ia merupakan ahli masjid yang senantiasa
berjamaah lima waktu di masjid Nurul Asror. Ia dipercaya oleh Abah Sepuh
menjadi kuncen masjid sekaligus menjadi muadzin. Di luar aktivitas itu,
Sobari berhidmat bersih-bersih di Madrasah. Selain itu dalam kesehariannya
dengan keinginan sendiri ia sering membersihkan saluran air dan jalan umum
tanpa mengharapkan imbalan dari siapapun. Ia pun rutin pada tiap bulannya membeli
bahan-bahan makanan untuk acara manakiban ke pasar Tasikmalaya dengan berjalan
kaki.
Selain itu, Sobari memiliki keahlian
sebagai bekong (ahli nyunat). Dia juga memiliki kebiasaan membersihkan
jalan umum (ngored), khususnya di sekitar jalan menuju ke Pesantren
Suryalaya, mulai dari Gerbang Pondok Pesantren (yang sekarang) hingga ke depan
Masjid Nurul Asror. Pekerjaan itu dilakukan bukan atas perintah siapapun, namun
atas keinginan diri sendiri. Oleh karena itu, dalam pekerjaan yang menjadi
rutinitasnya tak pernah ada embel-embel mengharapkan menerima upah dari
siapapun.
Seiring berjalannya waktu, selain
berhidmat kepada Abah Sepuh, Sobari pun berhidmat kepada Syaikh Ahmad
Shohibulwafa Tajul Arifin ra. (Abah Anom). Karena ketawadluannya, Sobari pun
mendapatkan pengakuan yang luar biasa dari Abah Anom. Diceritakan oleh Rabi’ah, pada tahun 1966
ketika Rabiah hendak meminta amalan kepada Abah Anom, saat itu di Madrasah
hadir pula H. Otong. Abah Anom berkata kepada H. Otong sambil menunjuk kepada
Rabiah:
“Tah ieu teh incuna Eyang Sobari, Eyangna
mah gaduh kaleuwihan dina elmuna tinu sejen.”
(“Nah ini adalah cucunya Eyang Sobari,
Eyangnya memiliki kelebihan dalam ilmunya dari pada yang lain.”).
by: Kang Kamal (dari beberapa sumber)
loading...
Sign up here with your email
2 komentar
Write komentarPunten, upami makamna Eyang Sobari di palihan mana, ustaz?
Replydi Puncak Suryalaya, Palih Kalereun Makam Almr. KH. Baban Ahmad Jihad SB Ar.
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon