Antara Godebag dan Suryalaya, Dimanakah posisi Kita?
Suryalaya 112 tahun
Di sebuah kampung di lembah bukit di tepian hulu sungai Citanduy, jalan
cuma setapak kaki di pinggir tebing pula, tak sedikit orang
tergelincir, terjerembab dan jatuh. Orang Sunda mengistilahkan jatuh
seperti itu dengan "Godeblag".
Kelak kemudian kampung itu dinamakan Godebag, di kampung inilah Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad menyampaikan ajaran Tarikat Qodiriyah wa Naqsyabandiyyah yang ia pelajari dari Syaikh Tolhah di Kalisapu Cirebon.
Suatu kali, Sang Mursyid berkenan mengunjungi rumah sang murid. Ia memberi nama tempat itu "Suryalaya", sebagai sebuah doa juga nubuwat kelak di tempat ini banyak orang yang akan memperoleh cahaya.
Suryalaya terdiri dari kata Surya dan Laya. Surya bermakna Matahari, Laya bermakna Tinggi. Suryalaya bermakna matahari yang sedang tinggi. Secara metaforik Suryalaya bermakna daya penerang yang dahsyat dari Sang Maha yang mampu menerangi alam sekitar.
Metaforik ini selaras dengan frasa Kajembaran Rahmaniyah yang bermakna Keberlimpahan Welas Asih Ilahi. Titi mangsa kunjungan Syaikh Tolhah itu pada tanggal 5 September 1905.
Syaikh Abdullah Mubarok menyebut rumah yang dijadikan sekaligus sebagai Ribath atau Zawiyah Sufiyah ini memilih istilah Patapan. Pada masanya ia menyebutnya Patapan Suryalaya. Orang yang datang ke sini cuma satu tujuannya ingin belajar tasawuf dan berlatih ruhaniah
Istilah Pondok Pesantren Suryalaya dengan di dalamnya ada kajian Kitab Kuning dengan ilmu dirasah Islamiyah di dalamnya baru ada pada penghujung 1960-an. Ini terjadi pada saat kepemimpinan Patapan Suryalaya beralih ke Syaikh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin (Abah Anom), putranya.
Godebag dan Suryalaya pun metafora kehidupan kita. Sering kita tergelincir, terjerembab hingga jatuh tersungkur. Kita memerlukan kewaspadaan dan kewaskitaan serta kemampuan untuk tetap dapat berdiri dan menjalani kehidupan.
Mursyid, seorang yang tercerahkan diperlukan untuk membawa pencerahan dan nenjadi mentor kehidupan kita. Setiap saat kita berada di antara kutub Godebag dan Suryalaya. Pertanyaannya adalah apakah kita hari ini cenderung ke Godebag dengan diri jatuh tersungkur senista dan serendah tanah atau bahkan lebih merosot dari itu? Atau apakah kita hari ini sudah menuju Suryalaya, dengan keindahan Akhlak, dengan kemulyaan tindakan yg dirasakan semesta?
Selamat berulang tahun ke 112 Patapan Suryalaya
Selamat berulang tahun ke 31 IAILM Pondok Pesantren Suryalaya
Oleh: Drs. Asep Haerul Gani, Psikolog
sumber:
https://web.facebook.com/photo.php?fbid=1865365463480437&set=a.212126032137730.69072.100000210054177&type=3&theater
Kelak kemudian kampung itu dinamakan Godebag, di kampung inilah Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad menyampaikan ajaran Tarikat Qodiriyah wa Naqsyabandiyyah yang ia pelajari dari Syaikh Tolhah di Kalisapu Cirebon.
Suatu kali, Sang Mursyid berkenan mengunjungi rumah sang murid. Ia memberi nama tempat itu "Suryalaya", sebagai sebuah doa juga nubuwat kelak di tempat ini banyak orang yang akan memperoleh cahaya.
Suryalaya terdiri dari kata Surya dan Laya. Surya bermakna Matahari, Laya bermakna Tinggi. Suryalaya bermakna matahari yang sedang tinggi. Secara metaforik Suryalaya bermakna daya penerang yang dahsyat dari Sang Maha yang mampu menerangi alam sekitar.
Metaforik ini selaras dengan frasa Kajembaran Rahmaniyah yang bermakna Keberlimpahan Welas Asih Ilahi. Titi mangsa kunjungan Syaikh Tolhah itu pada tanggal 5 September 1905.
Syaikh Abdullah Mubarok menyebut rumah yang dijadikan sekaligus sebagai Ribath atau Zawiyah Sufiyah ini memilih istilah Patapan. Pada masanya ia menyebutnya Patapan Suryalaya. Orang yang datang ke sini cuma satu tujuannya ingin belajar tasawuf dan berlatih ruhaniah
Istilah Pondok Pesantren Suryalaya dengan di dalamnya ada kajian Kitab Kuning dengan ilmu dirasah Islamiyah di dalamnya baru ada pada penghujung 1960-an. Ini terjadi pada saat kepemimpinan Patapan Suryalaya beralih ke Syaikh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin (Abah Anom), putranya.
Godebag dan Suryalaya pun metafora kehidupan kita. Sering kita tergelincir, terjerembab hingga jatuh tersungkur. Kita memerlukan kewaspadaan dan kewaskitaan serta kemampuan untuk tetap dapat berdiri dan menjalani kehidupan.
Mursyid, seorang yang tercerahkan diperlukan untuk membawa pencerahan dan nenjadi mentor kehidupan kita. Setiap saat kita berada di antara kutub Godebag dan Suryalaya. Pertanyaannya adalah apakah kita hari ini cenderung ke Godebag dengan diri jatuh tersungkur senista dan serendah tanah atau bahkan lebih merosot dari itu? Atau apakah kita hari ini sudah menuju Suryalaya, dengan keindahan Akhlak, dengan kemulyaan tindakan yg dirasakan semesta?
Selamat berulang tahun ke 112 Patapan Suryalaya
Selamat berulang tahun ke 31 IAILM Pondok Pesantren Suryalaya
Oleh: Drs. Asep Haerul Gani, Psikolog
sumber:
https://web.facebook.com/photo.php?fbid=1865365463480437&set=a.212126032137730.69072.100000210054177&type=3&theater
loading...
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon