Ketika saya menyuruh peserta didik membacakan salah satu
puisi Sunda karya Godi Suwarna, mereka sepertinya sangat kesulitan dengan
dengan bahasanya yang buhun dan dan kayanya pembendaharaan Bahasa dalam sastra Sunda.
Peserta didik membacakannya dengan terbata-bata, tidak ubahnya seperti
membacakan puisi dalam Bahasa Prancis atau Belanda. Padahal sehari-hari mereka
berbicara menggunakan Bahasa Sunda.
Kemudian saya memcobanya dengan memberikan puisi-puisi Sunda
yang bahasanya tidak terlalu berat, cukup membantu tetapi tetap saja mereka
kesulitan dalam menghapalnya. Hamper setiap kata mereka tanyakan, bahakan ada
yang sampai berkata. Saumur dumelar
kakara manggihan Bahasa siga kieu (seumur hidup baru pertama saya menemukan
Bahasa-bahasa seperti ini).
Saya menjawabnya, “itulah keunikan dan kekayaan kosakata bahasa
Sunda yang tidak dimiliki Bahasa lain.”
Permasalahan lain yang muncul dalam pembelajaran puisi
adalah kurangnya apresiasi peserta didik terhadap puisi, bukan hanya puisi
Sunda, tetapi juga dalam Bahasa Indonesia. Masalah tersebut juga muncul karena Bahasa
puisi terkesan monoton (tidak ada kunci-kunci pengingat) yang mengakibatkan
puisi sudah dihapal.
Dari permasalahan tersebut juga berdampak pada kurang
tersampaikannya amanat yang terkandung dalam sebuah puisi. Padahal, amanat yang
terkandung dalam sebuh puisi itu syarat dengan nilai-nilai luhur.
Melihat problematika tersebut, lalu saya membawa kecapi dan
menyuruh peserta didik untuk membawa alat music yang ada di rumahnya. Alhasil terkumpul
alat-alat musik yang cukup banyak mulai dari gitar, suling, kecapi, bahkan ada
yang membawa biola. Kemudian puisi Sunda yang bahasanya susah itu diiringi music
dengan nada atau tone lagu yang sudah
tidak asing lagi di telinga. Peserta didik begitu gembira dan menikmati pembelajaran
ini.
Ternyata sesulit apapun memaknai Bahasa kalua mendapatkan
sentuhan music jadi lebih menarik untuk dinikmati. Peserta didik jadi lebih
mudah menghapalnya sekaligus dengan kandungannya. Itulah yang dinamakan
musikalisasi puisi. Puisi yang pada awalnya tak begitu akrab dihapalkan, dengan
adanya musikalisasi puisi akan mudah dihapal. Pandangan public yang pada
awalnya menganggap sebelah mata pada puisi, dengan adanya sentuhan musikalisasi
puisi sedikit demi sedikit pandangan itu luntur.
Secara ilmiah, musikalisasi dipahami sebagai suatu perpaduan
antara dua cabang kesenian yang berbeda, yaitu music dan puisi. Kalau
dijabarkan ke dalam bentuk pengertian musikalisasi puisi adalah pengubahan
puisi sebagai teks menjadi puisi sebagai musik.
Dalam musikalisasi puisi, proses yang terjadi pertama kali
adalah puisi. Remy Sylado (1986:40) menyebutkan merupakan bentuk dari
musikalisasi sastra. Menurut dia, “… dan jika pemusik telah terlebih dahulu menciptakan
nada, irama dan harmoni, dan sastrawan membuat syair bagi pemusik yang sudah
ada maka disebut literasi musik” (Sadewa, 1999). Dalam hal ini dimungkinkan
istilah literasi musik bermakna sebagai penyetaraan musik.
Kesimpulannya, musikalisasi puisi bisa dijadikan sebagai
media pembelajaran dalam mengapresiasi puisi agar lebih menarik untuk
dinikmati. Jadi, bukan hanya dinikmaati oleh kalangan akademis, tapi juga oleh
masyarakat luas.
Penulis, mengajar di MAN 1 Garut,
SMK Pasundan, dan STKIPM Kuningan.
Dikutip
dari Pikiran Rakyat, Sabtu 26 Maret 2016 17 Jumadil Akhir 1437 H. Hal. 6
loading...
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon