Menara Masjid Nurul Asror Pontren Suryalaya (Foto : Kang Kamal) |
Tarhim di Pondok Pesantren Suryalaya Kab. Tasikmalaya Prov. Jawa Barat merupakan sebuah seruan dengan mengumandangkan sekumpulan bacaan yang terdiri dari beberapa ayat Al-Quran, Shalawat, doa, istighfar, dan syair yang dilakukan pada waktu dini hari sekitar 50-60 menit menjelang shalat subuh. Tarhim ini dilakukan mulai sejak zaman Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad r.a. (Abah Sepuh) hingga sekarang. Hal ini mengindikasikan bahwa tarhim memiliki manfaat yang sangat baik.
Baca Juga : Bacaan Tarhim Suryalaya
Tradisi tarhim
bermula dari esensi adzan yang dikumandangkan oleh sahabat Bilal bin Rabah ra
diwaktu sahur. Disebutkan dalam Hadits[1] yang artinya:
“Dari Abdullah
bin Mas’ud dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Janganlah adzannya bilal
menghalangi seseorang dari kalian, atau seseorang dari makan sahurnya, karena
dia mengumandangkan adzan saat masih malam supaya orang yang masih shalat malam
dapat pulang dan untuk membangunkan mereka yang masih tidur. Dan Bilal adzan
tidak bermaksud memberitahukan masuknya waktu fajar atau subuh.” (HR. al-Bukhori)
Pelataran Masjid Nurul Asror Pontren Suryalaya bada Subuh (Foto : Kang Kamal) |
Dalam hadits tersebut terdapat tiga poin mengenai adzan yang dikumandangkan oleh Bilal sebelum masuk waktu subuh, yaitu;
· Menginformasikan kepada
orang yang sedang menghidupkan malam dengan shalat (qiyamul lail) perihal telah dekatnya
waktu fajar.
· Agar orang yg terlelap
dalam tidurnya terjaga dan bergegas untuk bersuci agar bisa berjamaah di awal
waktu, atau supaya bisa melakukan shalat witir dan shalat tahajjud kalau belum
melakukannya sebelum munculnya fajar, dan agar dapat bersahur bagi yang hendak
berpuasa. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi Saw; “Janganlah
adzannya bilal menghalangi seseorang dari kalian, atau seseorang dari makan
sahurnya,” dalam hadits di atas.
· Dalam hadits itu juga menginformasikan
mengenai hukum sunnah membangunkan orang-orang
yang masih pulas dalam tidurnya agar terjaga dan menyudahi tidurnya di
waktu akhir malam dengan media adzan dan sejenisnya yang berupa dzikir.
Masjid Nurul Asror dan Puncak Suryalaya bada Subuh (Foto : Kang Kamal) |
Baca Juga : Sejarah Tarhim Suryalaya
Apabila tarhim dilakukan dengan rasa dan penuh penghayatan,
maka akan memberikan efek yang luar biasa kepada yang mendengarkannya. Lantunan
tarhim dibalut dengan suara yang merdu akan mampu menggugah kesadaran untuk eling (berdzikir).[2]
Dengan alunan suara dan lagu pada tarhim yang dikumandangkan, tarhim mampu
memberikan pengaruh kepada orang (ruh) yang mendengarkannya. Karena ruh itu halus, dan ada
kehalusan dalam suara, maka bilamana mereka mendengar, maka ruh cenderung
kepada yang sejenis dengan dirinya.[3] Pernyataan ini memberikan keterangan bahwa
suara/bunyi memiliki fungsi yang luar biasa dalam urusan beribadah kepada
Allah.[4]
Tarhim tidak semata memberikan manfaat untuk orang
lain. Namun tarhim dapat memberikan manfaat untuk pelaku tarhim itu sendiri. Tarhim
di Pondok Pesantren Suryalaya dapat dipandang sebagai salah satu riyadlah diantara riyadlah lainnya yang dilaksanakan pada waktu sepertiga malam
yang biasa dilaksanakan oleh para pengamal Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah
(TQN)[5]
yaitu mandi taubat, shalat-shalat malam, dzikir zahar dan khofi.[6]
Penulis : Kang Kamal
[1] Sumber: http://www.nu.or.id/post/read/17907/fasal-tentang-tarhim (Diunduh
pada tanggal 16 Oktober 2017 pukul 23.09 WIB.)
[2] Hasil wawancara penulis dengan Drs. H. Suhrowardi, M.Ag. (ikhwan
TQN Suryalaya dan pernah menjadi pelaku tarhim di Masjid Nurul Asror) pada hari
Minggu, 7 Agustus 2016 pukul 20.30 WIB di Suryalaya.
[3] Ali Ibn Utsman Al-Hujwiwi, Kasyful
Mahjub: Buku Daras Tasawuf Tertua, terjemahan oleh Suwardjo Muthary dan
Abdul Hadi W.M. (Bandung: Mizan Pustaka, 2015), 380).
[4] Merujuk kepada
pendapat Ibnu Zaila (W. 1048), seorang murid iIbnu Sina menyatakan bahwa bunyi
membawa dampak psikologis (batin) dalam dua cara: pertama karena unsur
materialnya, yaitu fisiknya; dan yang kedua karena kebersentuhannyaterhadap
batin (jiwa) yaitu isi spiritualnya. (Asep Salahudin, TASAWUF: Etika dan
Estetika Islam, (Tasikmalaya: Pascasarjana IAILM dan Latifah Press, 2016),
336).
[5] Hasil wawancara penulis dengan Drs. H. Suhrowardi, M.Ag. (ikhwan
TQN Suryalaya dan pernah menjadi pelaku tarhim di Masjid Nurul Asror) pada hari
Minggu, 7 Agustus 2016 pukul 20.30 WIB di Suryalaya.
[6] Ahmad Shahibulwafa Tajul Arifin, Ibadah: Sebagai Methoda pembinaan Korban Penyalahgunaan Narkotika dan kenakalan Remaja (Tasikmalaya: Mudawwamah Warohmah, 2005), 4
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon