Suryalaya-Tasikmalaya (28/2/2017), IAILM Pondok Pesantren Suryalaya menyelenggarakan Seminar Internasional dengan tema Sufism, Modernism and Globalism bertempat di AULA II IAILM. Menghadirkan dua orang pembicara, Julian Patrick Millie, PhD (Monash University, Australia) dan Prof. Webb Keane, PhD (Michigan University, USA).
Untuk
kedua kalinya Julian Patrick Millie, PhD, antropolog dari Monash University yg
fasih berbahasa Sunda ragam halus menyapa dengan Basa Sunda meski ia rendah
hati dengan mengatakan "basa Sundanya masih lelengkah halu".
Pada
kali ini, Julian membahas tentang kegiatan "Mengingat",
"Memperingati", "Peringatan". Ada dua jenis kegiatan
Peringatan. Pertama, peringatan yg bersifat tulisan. Seseorang mengingat
jasa-jasa seseorang dengan membaca tulisan tentangnya. Kedua, peringatan yg
bersifat "embodied", melibatkan seluruh tubuh, melibatkan
proses yg lengkap pada totalitas diri seseorang, dan melibatkan pula sosial.
Peringatan jenis kedua ini tercermin pada tradisi, haul, ziarah.
Julian
yang sedang menyiapkan penerbitan buku kumpulan tulisan tentang Haji Hasan
Mustapa - sahabat sekobong Pangersa Abah Sepuh - menyatakan bahwa ada 2 jenis
orang-orang yang mendapatkan peringatan. Pertama adalah orang yg mempunyai
peranan dalam bidang tertentu dan wajib dikenang karena peranannya. Hadratusy
Syaikh KH Hasyim Asy'ari yg mengeluarkan fatwa jihad dan kemudian ditetapkan
sbg pahlawan nasional. Dari Tasikmalsya, kita mengenal KHZ. Mustopa. Kedua
orang yg boleh jadi tidak mendapatkan tempat untuk diingat, akan tetapi
keunikan dirinya menyebabkan ia dikaji secara antropologi, filologi, sastra,
sejarah. Haji Hasan Mustapa adalah orang yg diingat melalui proses ini.
Julian
tertarik kepada sosok Haji Hasan Mustapa, yang menurutnya memiliki nilai "rancage"
kreatif. Haji Hasan Mustapa sebagai pengamal tariqat Syathoriyah "teu
pernah ngamuridkeun", ia asyik dengan pergulatan pemikiran sufistik
dengan penggunaan puisi yg penuh semiotik dan metaforik. Apa nilai hidup (living
values) yg dapat dipelajari dari Haji Hasan Mustapa? Pertanyaan yang
diajukan Ibu Fitri Annisa, dosen IAILM dapat dijawab: 1. Kemandirian, 2.
Kreatifitas, 3. Pluralisme, dan 4. Toleransi.
Dr. Asep Salahudin, MA, Warek I yang membuka kegiatan ini mengimbuhi
penjelasan Julian "Abah Sepuh karena ngamuridkeun, memilih penggunaan
prosa dengan bahasa yg mudah dicerna oleh khalayak". Istilah "Kajembaran
Rahmaniyah" yang digunakan HHM juga ditemukan di gapura Pontren Suryalaya
ini lebih membuktikan saling mempengaruhi "silih simbeuhan" di
antara kedua tokoh ini.
Prof.
Webb Keane, PhD yang seringkali meneliti dan menulis tentang bahasa, moralitas,
dan etika ini mengawali ceramah dengan memperagakan cara membuka pembicaraan
gaya Sumba. Peserta diskusi terpana melihatnya. Keane, yang sedang menyiapkan
diri sebagai salah satu pembicara dalam seminar di Singapura berbagi tentang
kisah kota Detroit.
Kota
Detroit berada di Michigan. Kota ini dikenal sebagai kota tempat pabrik-pabrik
otomotif. Para pegawainya kebanyakan adalah imigran dari Timur tengah yg beragama
Islam. Populasi Muslim di Detroit adalah terbanyak di USA utara. Walikota
bahkan Ketua Dewan Kota Detroit adalah muslim. Ada pergerakan menarik dalam
kelompok Islam di Detroit, pertama komunitas Islam di sana adalah lahir dari
imigran negara Timur Tengah ketika Turki Ottoman runtuh di awal abad ke-19.
Kemudian ada komunitas Islam Afro Amerikans di sana, yang pimpinannya dikenal
sebagai "Mahdi" yang ditungu. Pimpinan kelompok ini hingga kini
seakan raib ditelan bumi. Di kelompok ini semangat "mahdiisme"
mewarnai.
Prof.
Keane yang banyak karyanya mengkaji mengenai Etika Hidup menjawab pertanyaan Ii
Faturohman, mahasiswa angkatan pertama prodi Magister Ilmu Tasawuf bahwa
Modernisme, Postmodernisme dan Neo Modernisme bukan perlu dimusuhi, tetapi
perlu diambil apa yg baik dari masanya dan kemudian membangun apa yg baik di
masa kini untuk kebaikan masa datang.
"Trump
itu tidak populer, ini pertama kalinya terendah dalam sejarah Amerika orang
dengan dukungan pemilih publik terendah menang" . Menanggapi pertanyaan
Arif Santoso tentang Trump dan Islam, Keane yang disertasinya mengungkap
masyarakat Sumba menjawab bahwa kebijakan Trump itu sementara dan terbukti
banyak mendapatkan penentangan . "Sejak 9 September 2001 sebagian publik
Amerika sikapnya terhadap Islam terganggu", katanya.
Dr. Ajid Thohir, MA yang menjadi Pembanding mengungkapkan tentang tradisi peringatan itu
ditemukan di kalangan Thariqat dan Nahdiyin. Peringatan dapat dilihat dari
mulai upacara mulasara mayit, do'a, tahlilan, ziarah qubur, haul. Ajid, Ketua
Prodi Magister Sejarah Peradaban Islam, menyampaikan dalam tradisi Islam punya
budaya tulisan-tulisan untuk peringatan tokoh. Ketua MATAN Jabar ini
mengungkapkan bahwa ulama mazhab memiliki manqabah, demikian pula dengan syaikh
thariqat.
"Bertasawuf
itu menurut Al Junayd 'waladi zaman' menjadi anak jaman, menyesuaikan
dengan ruang dan waktu. Tasawuf tentu tidak perlu hanya tampil dengan
menyendiri di tempat sunyi, tetapi menyendiri di tengah keramaian, terlibat
dalam pergerakan perbaikan masyarakat" jawabnya untuk Fitri Masturoh.
Menanggapi
paparan Keane tentang Mahdiisme, ayah tiga gadis cantik ini menguraikan bahwa
Mahdiisme dapat ditemukan dalam sejarah peradaban agama-agama. Di Islam dapat
ditemukan dalam tradisi Suni atau pun Syiah.
Kegiatan seminar internasional ini dihadiri
lebih dari seratus peserta yang terdiri dari dosen, staf, mahasiswa S1 dan
mahasiswa Pascasarjana IAILM prodi Ilmu Tasawuf. Kegiatan yg diantar Kabiro IAILM Kandidat
Dr. Solihin Sohib ini ditutup sekitar pukul 12.30 dengan
do'a yg dipimpin oleh Warek III, Dr. Suhrowardi, MAg.
Oleh: Drs. Asep Haerul Gani, Psikolog (Moderator)
Sumber:
https://web.facebook.com/asephaerulgani/posts/1644966335520352
11.27
loading...
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon