*GENETIKA SUNDA MAUNG*
Apa dan seperti apa
jati diri ki Sunda yang sesunguhnya, dengan merepresentasikan pemahaman tentang
keberadaan Paguyuban Pasundan sebagai satu-satunya organisasi kesukuan yang
masih berdiri sejak zaman penjajahan, termasuk eksistensi Komando Daerah Militer
(sekarang Kodam III) Siliwangi, pertanyaan itu sudah mulai bisa terjawab cukup
meyakinkan. Intinya mana mungkin itu terjadi jika di tubuh mereka tak ada genetika
manusa unggul. Manusa unggul bisa bermakna memiliki sejumlah sifat yang dimiliki
oleh maung/harimau sebagai binatang cerdas dan kuat atau maung sebagai akronim
dari manusa unggul. Fakta sejumlah artefak sejak sebelum tahun Masehi termasuk
keberadaan Candi Gunung Padang dll bisa dikemukakan sebagai bukti bahwa nenek
moyang ki Sunda sejak dulu memiliki histori keunggulan. Termasuk catatan
sejarah peradaban politik dari zaman kerajaan Salakanagara di abad keempat
hingga zaman kerajaan yang berakhir di abad ke-16. Maung adalah legenda yang
tak pernah mati di tanah Sunda. Fisiknya senantiasa dijadikan simbol kesuksesan
bagi Kodam Siliwangi. Begitu pula di kancah budaya tradisi yang sering
dipandang lebih sekadar simbol.
Akan tetapi secara
simbolis paling tidak ada enam sifat unggul maung yang seharusnya
direvitalisasi agar ki Sunda kembali mengalami zaman keemasan:
Peratama, tidak suka saling mencerai sesama. Kecuali konflik sekedar mengingatkan. Realitas tersebut oleh alm. Mustopo Beragama dikorelasikan dengan gambaran saling asah, saling asih, dan asuh di kalangan orang Sunda masa Perjuangan.
Peratama, tidak suka saling mencerai sesama. Kecuali konflik sekedar mengingatkan. Realitas tersebut oleh alm. Mustopo Beragama dikorelasikan dengan gambaran saling asah, saling asih, dan asuh di kalangan orang Sunda masa Perjuangan.
Di zaman Kerajaan
Sunda pun pernah diimplementasikan oleh Kerajaan Pajajaran saat memindahkan
pusat kekuasaanya dari Kawali ke Pakuan. Tujuannya selain menghindari bentrokan
dengan pusat kekuasaan Cirebon sekaligus guna mendekati Pelabuhan Kalapa dan
Banten.
Kedua, Jiwa sauyunan dan atau sabilulungan. Maung atau harimau jika melihat ada sesamanya yang kesulitan mengejar mangsa, maung lainnya akan segera membantu. Saat mangsa sudah didapat, maung pelopor akan berbagi dengan yang membantunya. Sifat tersebut banyak terdapat pada peribahasa Sunda, malah masih sering diperhatikan oleh para pinisepuh Sunda yang masih jumeneng.
Ketiga, sangat bertanggung jawab terhadap keluarganya. Jika si jantan mendapatkan hasil buruan, yang didahulukan untuk memakannya adalah “istri” dan anak-anaknya. Juga bila maung betina mendapatkan mangsa, yang didahulukan menikmatinya adalah anak-anaknya.
Kedua, Jiwa sauyunan dan atau sabilulungan. Maung atau harimau jika melihat ada sesamanya yang kesulitan mengejar mangsa, maung lainnya akan segera membantu. Saat mangsa sudah didapat, maung pelopor akan berbagi dengan yang membantunya. Sifat tersebut banyak terdapat pada peribahasa Sunda, malah masih sering diperhatikan oleh para pinisepuh Sunda yang masih jumeneng.
Ketiga, sangat bertanggung jawab terhadap keluarganya. Jika si jantan mendapatkan hasil buruan, yang didahulukan untuk memakannya adalah “istri” dan anak-anaknya. Juga bila maung betina mendapatkan mangsa, yang didahulukan menikmatinya adalah anak-anaknya.
Prabu Siliwangi pun
pernah menghindari perang dengan pasukan yang diperkuat putranya Walasungsang
dengan lebih memilih mengalah dari pada berperang.
Keempat adalah pantang menyerah. Salah satunya pernah dicontohkan barisan kecil Maharaja Linggabuana yang lebih meilih mati menghadapi pasukan besar dalam perang bubat dari pada dihinakan.
Kelima, pandangannya sangat luas dan jauh ke depan atau sangat visioner. Eksistensi kerajaan Sunda selama Sembilan abad ditambah sejumlah cikal bakalnya sejak abad keempat disebut dst, sangatlah selaras dengan sifat-sifat tadi. Termasuk visi pagububan Pasundan dan Kodam Siliwangi bisa dijadikan pembuktian.
Keempat adalah pantang menyerah. Salah satunya pernah dicontohkan barisan kecil Maharaja Linggabuana yang lebih meilih mati menghadapi pasukan besar dalam perang bubat dari pada dihinakan.
Kelima, pandangannya sangat luas dan jauh ke depan atau sangat visioner. Eksistensi kerajaan Sunda selama Sembilan abad ditambah sejumlah cikal bakalnya sejak abad keempat disebut dst, sangatlah selaras dengan sifat-sifat tadi. Termasuk visi pagububan Pasundan dan Kodam Siliwangi bisa dijadikan pembuktian.
Keenam
adalah karisma suara dan penampilannya. Maung cenderung tidak banyak bekerja
daripada mengaung.
Itulah sebabnya wilayah
tatar sunda menjadi produktif di tangan penjajah Belanda. Akan tetapi, jika
sudah mengaung suaranya akan sangat impresif
bahkan menyeramkan. Kerajaan di Tanah Sunda dari masa Salakanagara (abad
ke-4) hingga Pajajaran (berkahir abad ke-16) secara tersurat maupun tersirat
telah tercerminkannya. Termasuk pada fenomena akhir abad ke-20 dan hingga
sekarang. Sebuah gerakan besar akan dijamin sukses jika para mahasiswa dari
tatar Sunda turun terlibat di dalamnya.
Dalam soal penampilan
lahiriah, masyarakat Sunda hingga kini selalu sangat impresif untuk melemahkan
jatidiri ki Sunda yang unggul tadi, penjajah Belanda selalu menyiasati dan
mereduksinya dengan berbagai cara. Salah satu cara melemahkan
jatidiri/identitasnya dengan menyebut orang jawa kepada siapapun yang ada di Pulau
Jawa. Tentu terutama kepada orang Sunda. Juga meniadakan sebutan wilayah tanah
Sunda dengan menggunakan West Java Provincea. Akibatnya, jatidiri keunggulan
komunitas Sunda semakin hilang. Malahan baru-baru ini ada tokoh Sunda yang
beranggapan Siliwangi sekadar dongeng kosong karena tidak pernah tertulis pada
prasasti manapun, padahal Hayam Wuruk,Gajahmada, dan Ken Arok yang diakui dalam
sejarah kebudayaan Sunda sama tak pernah tercatat pada prasasti apapun. Yang lebih
parah lagi tak sedikit orang yang mengidentikan orang Sunda dengan si Kabayan dana
tau si Cepot yang humoris dan suka konyol. Berbagai data valid menunjukkan bahwa
masyarakat Sunda yang sesungguhnya berpotensi itu saat ini dalam kondisi
memprihatinkan karena elehan dalam
bersaing. Saatnya para pemimpin dan tokoh formal maupun informal merevitalisasi
jatidiri manusa unggul agar berdaya saing tinggi kembali. Tentu, termasuk memperkuat
symbol kesundaanya agar kelak bias memiliki mitos yang diakui di dunia sekelas Superman,
Bruce Lee. Power Rangers, dll.
Dikutip
dari :
Pikiran
Rakyat, Rabu (Wage) 24 Februari 2016/15 Jumadil Awal 1437 H. Hal. 26
loading...
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon