Tanaman Waktu Dalam Manakib

Gambar: www.google.com

Waktu ibarat tanah kebun. Jika ia tidak ditanami dengan sayur-sayuran atau buah-buahan, niscaya akan dipenuhi dengan rumput liar.

Waktu bergerak super cepat. Padahal kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yg tersedia. Waktu hendaknya ditanami dg tanaman spiritual, intelektual, sosial dan finansial.

Tanaman spiritual dicontohkan dalam mankobah Syekh Abdul Qodir Jailani qs. Beliau mengisi waktu malam sejak Isya sampai Shubuh dg sholat, dzikir, munajat, doa dan ibadah. Sekitar sembilan jam malam Beliau setiap hari hanya untuk "berdua" bersama Allah. Siapapun, termasuk khalifah, tidak diijinkan untuk mengganggu waktu tersebut.

Kita akan berat beribadah malam secara full. Namun setidaknya kita berlatih menanam benih spiritual dalam kebun waktu kita. Setiap hari evaluasilah dzikir, sholawat, tilawah, dan amalan spiritual lainnya.

Tanamlah benih intelektual. Syekh juga belajar pada pakar di bidangnya: fikih, tafsir, Hadits, tasawuf, dsb. Ia juga mengajarkan beragam pengetahuan.

Tanamlah benih sosial. Jangan menjadi Sholih ghoiru nafi' (sholeh tapi tidak produktif). Syekh adalah seorang mubaligh yang ceramah rutinnya dihadiri 70.000 jama'ah. Ia seorang konselor dan problem solver (pemberi solusi masalah) atas beragam kesulitan dan stress yang dihadapi orang dan masyarakat. Saat ada wabah menular yang merenggut ratusan ribu nyawa dalam waktu cepat, beliau memberi solusi dan terapi yang praktis dan mudah. Ini wilayah khidmah. Peran sosial kita agar diwujudkan, karena kita bukan "makhluk langit" yang fokus pada amal spiritual.

Tanamlah benih finansial. Bekerja atau berbisnis untuk mendapat uang. Bersedekah agar dikaruniai keberkahan finansial. "Mukmin yang kuat (termasuk kuat finansial) lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah," demikian pesan Rosulullah saw.

Tugas-tugas yang begitu banyak seperti di atas menuntut kita untuk melakukan manajemen waktu dengan baik. Jika kita gagal menanam benih spiritual, intelektual, sosial dan finansial, maka niscaya waktu kita akan menjadi tempat tumbuhnya rumput liar dg subur. Apakah kita sudah siap memakan rumput liar?

Oleh: Rojaya, M.Ag.
Ketua Prodi Ilmu Tasawuf
Fak. Dakwah IAILM Suryalaya.
loading...
Previous
Next Post »